06.33

house music


JANGAN mengaku sebagai anak gaul, jika tidak bisa menjadi Disk Jockey (DJ) atau nge-DJ.Sudah bukan zamannya DJ identik dengan dunia malam, alkohol, ekstasi atau narkoba. Sebab sekarang nge-DJ sudah menjadi gaya hidup anak gaul. Anggapan bahwa DJ dentik dengan alkohol itu sudah mulai bergeser. Para DJ sekarang benar-benar menunjukkan citranya sebagai seorang yang profesional dalam bekerja. Bahkan para orangtua pun sekarang mulai tidak melarang-larang anaknya untuk belajar di sekolah DJ. Menurut saya, sebagian dari siswa yang belajar di situ mengaku belajar nge-DJ bukan hanya untuk beroleh keterampilan sebagai profesi. Justru sebagian mengaku belajar sebagai hobi. "Biar dikatakan nggak ketinggalan zaman," Mengenai sulit tidaknya belajar nge-DJ, menurut saya ada beberapa tahapan dalam belajar nge-DJ.Pertama keterampilan dasar seorang DJ adalah teknik mixing, yaitu mampu memadu-padankan musik sehingga enak di dengar. Dalam ilmu dasar DJ ini pun ada dua hal yang harus dipelajari, yakni mixing dan battle.





menempel pada profesi yang identik dengan dunia Kemudian setelah mumpuni melakukan mixing, tahapan selanjutnya belajar virtual DJ atau sering disebut VJ. Dalam tahapan ini seorang DJ mampu memadu-padankan musik, dan video sekaligus, sehingga dalam setiap manggungnya pasti ada layar lebar yang mempertontonkan video. Terakhir, seorang DJ juga harus menciptakan musik sendiri. Sehingga dia tidak melulu membawakan musik orang lain. Konon, tahapan inilah peringkat tertinggi seorang disk-jockey.
Bisa enggak nge-DJ tanpa alkohol? Menurut saya di negeri Paman Sam sana sudah menjadi tren, DJ tanpa alkohol. Saat ini melalui wadah Persatuan Disk Jockey Indonesia (PDJI) sedang dikampanyekan dunia jedag-jedug dengan trendsetter dari London ini bebas minuman keras atau bahkan triping menggunakan narkoba. Jadi tidak ada alasan lagi ada stigma negatifajeb-ajeb ini. Sebab kenyataannya, tidak hanya DJ, setiap profesi pasti ada sisi negatif dan positifnya.

BELUM ADA JUDUL

A